Belajar dari Sebutir Telur

Suatu Perubahan yang Positif dan Kebaikan terkadang muncul dari sebuah keterpaksaan, walaupun mungkin sejatinya perubahan positif dan kebaikan yang muncul dari dalam diri sendiri dan dilandaskan oleh kesadaran diri itu lebih nyaman dilakukan. Karena akan lebih mempunyai nilai kontinuitas, berbeda dengan jika perubahan positif dan kebaikan itu datang karena keterpaksaan, mungkin tidak dapat berjalan secara kontinu jika tidak ada seseorang yang mengontrol.
Sama halnya pada sebutir telur, telur di dalamnya terdapat benih kehidupan oleh karena itu ia dilindungi oleh cangkang yang keras untuk melindungi benih kehidupan dari gangguan dunia luar dan melindungi dari kerusakan. Jika Telur itu rusak dan gagal menetas karena gangguan dari dunia luar maka tidak akan terjadi benih-benih kehidupan baru, berbeda dengan jika telur itu pecah dan menetas karena faktor dari dalam dan memang karena sudah waktunya, tentu akan menghasilkan benih kehidupan yang baru.
Begitu juga dengan  diri kita, ketika nilai-nilai kebaikan seperti kejujuran, rendah hati, dan saling menolong timbul dalam diri kita karena ada dorongan atau keterpakasaan dari orang lain, maka tidak nyaman rasanya kita melaksanakan kebaikan tersebut, dan  mungkin ketika tidak ada orang yang mengontrol maka tidak ada kontinuitas dari kebaikan tersebut yang kita lakukan serta tidak menimbulkan kesan dalam diri sendiri. Berbeda dengan ketika nilai-nilai kebaikan itu hadir dalam diri kita berlandaskan kesadaran dan datang dari dalam hati nurani, maka kebaikan-kebaikan itu akan tetap terjaga meskipun tidak ada orang lain atau pihak lain yang mengontrol. Mengingat kita telah sadar atas manfaat-manfaat kebaikan yang kita lakukan dan tentunya akan menimbulkan kesan dalam diri kita untuk menjemput kesuksesan.
Memunculkan kesadaran dalam diri sendiri memanglah tidak mudah dan butuh pengorbanan, dan tentunya membutuhkan ikhtiar yang kuat untuk menimbulkan kesadaran dalam melakukan kebaikan dalam diri sendiri. Kekuatan dalam diri guna menjaga dari dunia luar yang mengajak kepada kerusakan pun sangat diperlukan karena memang tabiat umum dari manusia adalah followers. Oleh karena itu benteng diri menjadi hal yang sangat penting dan sensitif untuk menimbulkan kesadaran baik dalam diri sendiri.
Kini kita telah belajar dari sebutir telur tentang kehidupan, semoga membukakan pintu hati kita untuk senantiasa berbuat kebaikan berlandaskan kesadaran dan hati nurani dan bukan keterpaksaan. “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS.Ar-Rahman: 60)
wallahualam bishshowab.
Bayu 'Beda' Mahardika
-Teroris Galau-
@bayubeda

Comments