Perhiasan Dunia

susu dan semut

"Dunia itu bagaikan lautan yang dalam, telah banyak manusia tenggelam di dalamnya. Kalau engkau sanggup, jadikanlah keimananmu sebagai bahteranya, amal shalih sebagai muatannya dan tawakal sebagai layarnya, niscaya engkau bisa berlayar dengan selamat."

Di atas meja sekumpulan semut berebut memasuki secangkir susu. Tampaknya mereka ingin menjadi yang pertama menyicipi manisnya susu. Sayang, karena terlalu bernafsu satu demi satu semut-semut itu tenggelam. Walau sebagian berhasil keluar, namun sebagian lagi hanyut dan mati dalam "dunia kenikmatan". Menariknya, semakin bernafsu menenggak susu, semakin besar kemungkinan semut-semut itu tenggelam.

Susu, sejatinya mewakili dunia yang senantiasa kita impikan. Dan semut-semut itu mewakili kita, anak cucu Adam. Semakin kita bernafsu mendapatkannya, semakin besar pula peluang celaka. Seperti halnya mata pisau, dunia pun bermata dua: bisa menyelamatkan juga bisa membinasakan. Ia akan menyelamatkan bila kita menjadikannya kendaraan untuk meraih ridha Allah. Sebaliknya, akan membinasakan bila ia dijadikan tujuan utama. 

Allah mencipatakan sesuatu pasti ada tujuan dan Ibrohnya, sepertii halnya Susu dan semut yang mengelilingi tersebut, Banyak yang bisa kita ambil pelajaran dari peristiwa tersebut. Bagaimana kita semestinya memandang kehidupan di dunia yang fana ini.

Manusia ibarat semut yang berlomba-lomba mengejar nikmatnya susu. Di dunia manusia sering kali terlena dalam mengejar kenikmatan tersebut, bahakan menjadikan kenikmatan dunia itu sebgai tujuan utama. Inilah yang harus kita hindari sebagai umat muslim karena Allah telah mewanti-wanti kita melalui firmannya untuk berhati-hati dan tidak berlebihan dalam menyikapi kehidupan dunia fana ini.

"kejarlah dunia mu seakan engkau hidup selamanya, dan kejarlah akhiratmu seakan engkau mati besok" kata kata itu sering kali didengar oleh kita, namun sebagian besar dari kita mungkin masih banyak yang hanya mengamalkan sepotong kalimat "kejarlah duniamu seakang engkau hidup selamanya" tanpa melanjutkan kalimat berikutnya.

Fenomena ini sering kita temukan di lingkungan kantor-kantor maupun tempat usaha lainnya, Bagaiman manusia rela menghabiskan waktu berjam-jam dengan kesibukkan kerjanya namun ketika kumandang adzan bergema hanya sedikit yang langsung bergegas ke masjid/musholla untuk melaksanakan sholat. Padahal kita sudah sama-sama tau bagaimana urgensi dari sholat berjamaah di masjid.

Bukan hanya itu, dilkalangan pemerintahan pun fenomena sjenis juga banyak dilakukan, Para pejabat sibuk membangun perekonomian daerahnya,namun mereka lupa, bahwasannya jauh lebih penting untuk membangun pribadi manusianya itu sendiri. Efek dari ketidakseimbangan pembangunan perekonomian dan akhlak manusia itu menghasilkan bencana sosial yang cukup serius dengan semakin maraknya maksiat seakan mereka yang bermaksiat merasa akan hidup selamanya.

Inilah yang perlu sama-sama kita waspadai bagaimana kita berlomba-lomba mengejar dunia dan ketika dunia itu sudah kita dapatkan justru menjadi boomerang yang dapat menjerumuskan kita dalam kemaksiatan.

Iman, inilah kunci agar dalam mengarungi kehidupan di dunia ini kita dalam lindungan dan rihoNya. Teringat penulis oleh seorang motivator yang mengatakan "Akibat KUMAN (Kurang Iman) dapat menyebakan beberapa penyakit seperti KUDIS (Kurang Disiplin) dalam menjalani hidup juga bisa menjerumuskan kita ke dalam maksiat, kemudian KUMAN juga dapat menyebabkan KURAP (kurang Pengetahuan) khususnya dalam hal tuntunan hidup yang berkacamata pada pandangan islam juga dapat membawa kita terlena dengan kehidupan dunia fana ini.

Untuk itu penulis menghimbau untuk diri penulis khusunya dan para muslimin semua untuk tidak terlena dengan perhiasan dunia ini. Dan seindah-indahnya perhiasan dunia adalah istri yang sholeha. Lho??? jadi nyambung kesini,,hehehe mudah-mudahan manfaat.

Wallahuam

Bayu 'Beda' Mahardika
_TERORIS GALAU, PAHALA HUNTER_

Comments